Uang tidak dapat membeli kebahagiaan
Sering kali mendengarkan kalimat bijak diatas. Sebagian besar motivator menyebutkan juga kalimat tersebut.
Siapa sih yang ga mau punya uang? Ga percaya saya kalau ada yang bilang ga mau punya uang banyak. Dikala jaman sekarang, orang yang memiliki kerjaan tetap merupakan sebuah pencapaian yang patut diberikan penghargaan nobel (kidding).
Balik lagi ke pokok pembicaraan. Uang.
Bahkan ya, cuma ngeletakin motor di Ind*m*rt atau Alf*m*di pasti kena Auto2000. Bocah-bocah entah darimana ngelosor nyamperin ketika ngeliat kita balik ke motor, cuma modal bantu ngeliatin orang aja ngeluarin motornya udah dapet 2rebu. Uang yang didapat digunakan untuk apa? Paling umum untuk ngerokok dan mabuk (trust me). Sekarang orang-orang sudah gila dengan selembar kertas.
Data dari BPS K*r*wang 2020 total ada 2.370.488 penduduk. Dimana 692.264 jiwa masuk dalam kategori PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), secara kasarnya, kurang lebih 29% penduduk merupakan PMKS.
Sebelumnya, saya tidak berniat menjelek-jelekkan instansi manapun. Disini murni hanya ingin menunjukkan sekiranya bagian yang bisa lebih baik lagi.
Lagi sakit? Ga punya uang? Pakai B*** aja kali~
Okelah, ini orang-orang yang ngomong kek gini tu yakin saya, mereka adalah orang-orang yang hampir gapernah make B*** itu sendiri. Kebanyakan institusi kesehatan sekarang, perlakuan antara peserta Mandiri & Jaminan Perusahaan berbeda jauh dengan peserta B***, bahkan ya, ada yang memiliki bangunan terpisah khusus untuk B*** dimana duduk antriannya diluar bangunan, dalam bangunannya pakai kipas angin, attitude perawatnya seperti cewek lagi PMS. Sering juga pasien B*** tidak harus menunggu ruang rawat inap kosong. Dipihak lain, alasan instansi kesehatan swasta tidak suka B*** dikarenakan lamanya pembayaran oleh pihak B***.
Minggu lalu ada kabar dari sebuah TK IT, ada seorang anak balita meninggal. Beberapa hari sebelumnya sempat demam yang kemudian dibawa ke ICU RS sampai-sampai harus diinfus akibat dehidrasi parah. Tapi diagnosis disebutkan hanya demam biasa dan tidak ada tindak diagnosis lanjutan ata apapunlah. Yang kemudian minggu berikutnya saya mendapatkan berita bahwa dede tersebut meninggal dunia, kemungkinan karena demam berdarah.
Innalillahi.
Dimata saya, kalau demam sampai harus masuk ICU itu bukan demam “sehari-hari”, atleast cobalah di periksa lebih dalam untuk lebih bisa tepat diagnosisnya sehingga bisa diberi pengobatan yang sesuai. Again, ini umum terjadi untuk peserta “merakyat”.
Sudah kelihatan?
Uang tidak bisa membeli kebahagiaan??? Setidaknya kalau uang bukan masalah, kalau sakit, gapake mikir harus make B***, langsung aja bawa uang sekoper tunjukin ke kasir, pasti langsung diperiksa sampai ujung kuku kaki. Kalau ada uang sekoper itu mungkin aja si dede masih bisa tertolong karena penanganan yang tepat sasaran.
Hanya orang-orang yang tidak pernah merasakan susahnya hidup ga punya uang yang berani bilang “uang tidak dapat membeli kebahagiaan”
Uang itu sangat-sangat diperlukan, terlebih lagi sekarang. Yang harus dihindari adalah mindset “uang-uang dan uang, ga ada uang gabisa bahagia, orang miskin”.
Tidak usah terlalu termakan dengan kalimat manis. Belajarlah menerima apa yang dimiliki sekarang, bahkan berbahagialah juga masih diberikan tubuh yang sehat. Kurangi melihat hidup orang diatas yang kelihatannya enak karena ga bakalan ada habisnya ketika harus melihat keatas, lihatlah orang-orang dibawah yang dengan segala keterbatasannya mencoba menjalani dan mensyukuri semua apa yang dimiliki.
Agree.
Nyatanya uang adalah faktor penting dlm menentukan kepuasan dan kebahagiaan dlm hidup.