Untuk apa kamu bekerja?

Terlihat seorang anak muda -berumur sekitar 15 tahunan- penjual buah-buahan potong mendorong gerobaknya yang terlihat bersih tidak seperti penjual biasanya.

Saat itu jam menunjukkan pukul 10 malam, dan jalan sudah sepi.

Penjual buah tersebut ikut menepikan gerobak jualannya disamping motorku yang sudah terlebih dahulu ada disana dan kemudian memesan sebuah martabak telur yang paling murah.

Mukanya terlihat berbinar-binar sambil menunggu pesanannya dibuat dan entah kenapa saya menanyakan sesuatu ke penjual buah tersebut,

Laris jualan hari ini?

Yang kemudian dijawabnya dengan anggukan kepala dan kalimat,

Iya mas, hari ini jualan saya laris, ini aja jam segini sudah habis padahal biasanya sampai tengah malam juga belum habis. Sekarang karena laris saya mau ngebelikan martabak untuk adik saya dirumah

.

.

.

Wow, mendengar kalimat seperti itu malam-malam membuat hati jadi tertohok.

Sekarang saya mau bertanya, ketika membaca cerita diatas, hal apa yang kalian rasakan? Kasihan? Sedih? Atau malah senang?

Tahukah kalian dengan yang namanya simpati dan empati?

Seseorang merasakan simpati kepada orang lain dikarenakan oleh sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatan orang tersebut. Namun untuk empati, mirip perasaan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja, melainkan diikuti perasaan yang sangat dalam, seolah-olah hal tersebut dialami juga oleh diri kita.

Jika merasa kasihan terhadap sang penjual buah, berarti yang anda rasakan adalah simpati.

Sedangkan untuk yang merasa senang, ikut senang mengetahui bahwa jualannya laris, disebut dengan empati.

Simpati vs Empati

Yang saya mau tekankan disini adalah perasaan empati ini. Jaman sekarang sudah sangat jarang ada orang yang memiliki hal ini. Kita terlalu sibuk ingin medapatkan atau membeli ini itu seperti layaknya teman kantor kita.

Terlalu sibuk melihat keatas

Dulu ketika awal bekerja kita mendapatkan gaji sekian, setelah beberapa tahun gaji tersebut terus bertambah dan bertambah. Gaji bertambah tapi kok tidak pernah cukup? Itu karena ketika kita memiliki uang tambahan, kita mulai melirik barang yang awalnya tidak kita inginkan.

Tetangga beli baju baru, kita jadi ingin juga.

Teman beli mobil, kita pengen juga.

Kembali ke kalimat sibuk melihat keatas, kalau kita selalu melakukan hal ini, mau berapapun gaji kita, tidak akan pernah cukup. Ayo lah sekali-sekali kita melihat kebawah, melihat ke orang-orang yang walaupun kekurangan dari segi finansial tapi selalu merasa berkecukupan dan bersyukur.

Sekarang saya bertanya lagi,

Untuk apa kamu bekerja?

Tentunya untuk mencari uang, tapi cobalah untuk tidak menjadikan uang itu tujuan utama tapi juga jadikan untuk ibadah. Apakah tidak lebih indah kalau kita bekerja mendapatkan hal lain selain uang? Bisa itu ilmu dan pengetahuan kita atau rekan kerja atau orang lain bertambah. Atau yang lainnya.

Kalau bisa seperti itu mudah-mudahan kita akan merasa selalu berkecukupan. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: