Me, Belief and a World of Glass

Bayangkan sebuah bola kaca, ada miniatur rumah dan kita ada didalam rumah tersebut, seorang diri.

.

Bola kaca adalah apa yang jadi kepercayaanmu dalam bertindak serta dunia keseharianmu yang berharga.

Miniatur rumah menjadi mental pikiran, dan kondisi miniatur tadi menjadi kondisi mentalmu.

Kaca yang digunakan adalah kaca dengan kualitas terbaik yang keras dan indahnya seperti berlian.

.

.

Namun tiba-tiba bola kaca tersebut pecah berantakan

Apa yang akan dilakukan dirimu yang didalam sana?

Saya sudah pernah gagal dalam menolong seseorang mengenai masalah yang dihadapinya, dan terjadi lagi yang kedua kalinya. Saya bertanya dalam hati,

“Apakah sudah saatnya saya berhenti?”

Setiap apa yang menurut kita baik untuk seseorang belum tentu baik dimata orang tersebut. Kita ingin mendengarkan apa yang ingin kita dengar, ingin melakukan apa yang ingin kita lakukan. Saat ada orang lain yang mendekati kita seraya mengatakan apa yang ingin kita lakukan tersebut salah, apa reaksi kita?

Marah, kesal, benci dan lainnya.

Disini indahnya manusia tu, komunikasi, ada hubungan timbal balik atau feedback diantara 2 orang tersebut, walaupun yang 1 nya bermaksud baik dan 1 lagi malah kesal. Yang berniat membantu mengikuti kepercayaannya bahwa yang dilakukannya itu benar sedangkan orang yang dikatakan perbuatannya salah merasa yang dilakukannya benar, sesuai dengan apa yang dia percayai dan inginkan.

Yang jadi peganganku, jika ingin membantu seseorang, lakukanlah sepenuh hati, sekuatmu, sebaik mungkin dan ikuti sampai selesai sampai melihat endingnya. Tapi kadang yak, yang namanya dunia, pasti ada yang tidak berjalan sesuai keinginan kita, entah faktor manapun, eksternal atau internal. Sambil jalan saya kumpulkan dan tentukan apa yang benar-benar diinginkan oleh orang yang saya bantu. Ini yang jadi paling penting, karena umumnya kita juga pasti tidak tau apa yang sebenarnya kita inginkan, kalau kita salah pilihan, bukannya bakalan senang tapi malah membuat mereka benci ke kita.

Penyebab kegagalan yang pertamaku adalah bagian dimana saya tidak mengikuti sampai ending dari masalah tsb yang mengakibatkan berlarut-larut dan kerusakan yang terjadi sudah sulit dihilangkan.

Kegagalan kedua dimulai dari kesimpulanku mengenai apa yang diinginkan orang tersebut ternyata salah (walaupun sudah masuk dalam deretan kemungkinan). Dari titik mengetahui kesalahanku, pilihan akhir cuma ada 2: lanjutkan atau sudahi. Pilihan pertama tidak feasibel karena sekali saya membantu orang, saya selalu memberikan apa yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan. Sehingga mau tidak mau pilihan kedua.

Kenapa tidak ada pilihan ke 3, 4, 5 dan seterusnya?

Bisa lah tapi lebih tepatnya pilihan pertama bisa memiliki banyak solusi, entah saya menelan pil pahit demi mempertahankan bola kaca milik orang tersebut, atau gimana gitu. Pil pahit disini tu maksudnya saya keluar dari jalur yang saya percayai, kata lainnya tutup mata terhadap beberapa hal yang mengganggu saya.

Tentunya kita selalu ingin mempertahankan bola kaca yang kita miliki, wong sudah enak begini keadaannya kok ngapain diutak atik kan yak? Wong masalahnya dibiarin aja, kan ga terlalu mengganggu. Betul betul betul?

Tapi apakah pernah kita berpikir,

Bagaimana kalau saya hancurkan bola kaca ini supaya bisa mengeluarkan kotoran pengganggu yang jadi masalah? Baru kemudian saya susun lagi bola kaca yang hancur tadi.

Pilihan ini yang jadi favoritku. Karena bola kaca jadi bersih benar-benar bersih kembali. Tapi kenapa tidak ada yang mau mengambil jalan yang sama?

Buat mecahin bola kaca yang bahannya berlian tadi tentunya susah pisan, karena sangat keras, perlu alat yang sama kerasnya buat mecahinnya, usaha yang benar-benar besar.

Kemudian, bunyi yang dihasilkan ketika pecah, kalau kacanya ecek-ecek mah bunyinya nyaring, tapi coba kalau yang seperti berlian tadi, bunyinya dalam, dan memberikan kesan benar-benar hancur. Efeknya mental bakalan lebih dalam.

Terus kenapa harus ambil jalan gaenak begitu? Kan kaca kalau pecah ga bakalan seperti semula?

Ya iya emang ga bakalan sama, tapi ya,

“even when a world made of glass have been shattered, it still can be pieced together again and will still looks beautiful”

Bahkan ketika sebuah dunia yang terbuat dari kaca pecah berkeping-keping, masih bisa disusun kembali dan akan tetap terlihat menawan. Kita tentram didunia tersebut tanpa takut si masalah mengganggu lagi.

Jadi, cara yang mana yang bakalan kalian ambil cuy? Pick your poison.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: